Kamis, 23 Januari 2014

Menyentuh Bumi



Menyentuh bumi

Luluh
Larut

Berselimut sinar mentari senjakala
Aku terbaring dalam hamparan pasirmu
Berselimut sinar mentari
Aku menyatu dengan pantaimu

Debur ombak bergetar seirama degupan jantungku
Aku menyatu dengan samuderamu

Desah nafas halus larut dalam udara
menarik keluar segala kekotoran
membasuh rongga paru-paruku
Aku menyatu dengan semestamu

O..ibu pertiwi
tanah, air, udaramu menyatu dengan merah darahku
O..ibu pertiwi
Aku mencintaimu seperti kau mengajariku tentang cinta tanpa menuntut balas

Kamis, 02 Januari 2014

Tanah Surga


Lestari alamku, lestari desaku.
Dimana Tuhanku menitipkan aku,
Nyanyi bocah-bocah dikala purnama,
Nyanyikan pujaan untuk nusa..
Damai saudaraku, suburlah negriku,
Kuingat ibuku dongengkan cerita,
Kisah tentang jaya nusantara lama, tentram kerta raharja disana...

Sepenggal nyanyian itu selalu mengajak ingatanku mengelilingi bumi nusantara yang beberapa bagiannya sudah aku jelajahi selama separuh usia hidupku. Hutan tropis yang sejuk dan menenangkan membawakan aroma damai. Sederet pohon kelapa meliuk-liukkan batangnya, dedaunan rampingnya melambaikan salam. Hijau berbaur dengan birunya laut dan langit. Pasir putih menghampar menyambut hangat para tetamu yang menyambangi pantai. Peninggalan-peninggalan bersejarah terserak di setiap jengkal tanah negri ini. Dari jaman purbakala hingga jaman ketika manusia mampu menuliskan prasasti untuk mengabadikan pesan bagi generasi selanjutnya, aneka bangunan-bangunan pemujaan, dari yang sederhana hingga yang megah menjulang di angkasa.

Beberapa abad lampau mereka menamainya dengan Nusantara, dan saat ini lebih di kenal dengan Indonesia. Bangsa ini pernah berjaya dan tanah ini menjadi saksi kejayaannya.  Tanah ini juga pernah menjadi saksi atas darah dan airmata yang tertumpah di pangkuannya. Tanah negri ini merekam jejak jejak perjalanan bangsa kita. 

Namun lazimnya yang terjadi, bahwa melihat kedalam diri sendiri tak semudah memandang orang lain. Begitupun memandang sebuah bangsa. Adalah seseorang yang justru berkebangsaan asing yang mampu menguak masalalu bangsa ini, negeri ini, Atlantis.

Percaya tidak percaya itu adalah keyakinan masing-masing pribadi, namun yang pasti seorang Profesor Santos menguak sejarah, mengemukakan teori Atlantis melalui bukti-bukti yang ilmiah. Dikatakannya bahwa bangsa Atlantis adalah induk dari kebudayaan tertua di bumi ini, yang akhirnya menyebar ke seluruh penjuru bumi. Dikatakan bahwa kehidupan di Atlantis adalah sebuah konsep surga yang mewujud di dunia. Dimana di sana terjadi satu pola kehidupan indah, saling tolong menolong, saling peduli, saling menghormati, harmonis, serasi dan selaras. Kebudayaan berkembang dengan baik, ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dipelajari oleh bangsa tersebut. Dan, Atlantis itu adalah disini, di Indonesia.

Mungkin beberapa orang meremehkan dan tidak mempercayai teori itu, namun kenyataan-kenyataan tak bisa dipungkiri. Bangsa ini adalah bangsa yang tua, dari peninggalan budayanya secara kasat mata dapat dilihat dan bukti-bukti sejarah memang menunjukkan bahwa memang sudah sejak lama negeri ini memiliki kebudayaan tinggi.

Namun saat ini, bangsa ini sedang dalam siklus kaliyuga, jaman kegelapan. Sebagian besar anak-anak bangsa tak mengenali lagi jatidirinya. Mengagungkan nilai-nilai dan peradaban yang datang dari luar dirinya. Peradaban, budaya dan nilai-nilai agung bangsa ini terbenam dalam berlapis-lapis budaya asing, bahasa ibu dikenal di permukaan saja, kearifan lokal dikenal hanya oleh beberapa gelintir orang yang masih mau belajar. Beberapa orang yang menganggap dirinya pandai, sibuk merumuskan berbagai hal yang katanya untuk memajukan bangsa ini, namun lupa membenahi dirinya sendiri. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani tinggal sebagai selembar slogan yang terpampang di dinding-dinding sekolah dan bukan meresap dan mengejawantah pada jiwa-jiwa pendidik bangsa ini. Sampai kapan kita kan begini?

Lihatlah, kita punya semuanya, Tuhan sudah menyediakan semua yang kita butuhkan, bukalah mata kebijaksanaan, lihatlah negeri nan subur, gemah ripah loh jinawi. Semua manusianya mengenal Tuhan, marilah lebih dekat lagi mengenalNYA, dengan cara-cara yang kita kenali masing-masing, dengan cara-cara bijaksana dan penuh kerendah hatian, agar apa yang diajarkanNYA mengejawantah di semesta Nusantara dan terwujudlah tata tentrem karta raharja, surga di muka bumi. So be it..

Bukan lautan hanya kolam susu,
Kail dan jala cukup menghidupimu,
Tiada ombak tiada badai kau temui
ikan dan udang menghampiri dirimu.
Orang bilang tanah kita tanah surga,
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

*ditulis 1 Januari 2014 siang di Penamparan, Indonesia. Terimakasih pada Tuhan, terimakasih pada guru bangsa dan guru jiwaku..