Siang itu tiba-tiba ada chat masuk dari teman di Surabaya. Sudah 4
bulan saya meninggalkan Kota Pahlawan tersebut, untuk kembali ke Kota
Budaya, Yogyakarta. "Hallo Mbak, miss you banget," "Hallo, miss you too,
bagaimana khabarmu ?" "Melihatmu damai banget semuanya. Kabarku baik
banget mbak," Lalu saya kirimkan emoticon love love. Lalu teman saya
kembali mengirim chat, " Oya, yang suka baca buku Bunda Arsa adalah
Dewi," Ya, saya ingat dulu saya pernah memberikan Buku SOUL Reflection
karya Bunda Arsaningsih untuknya, saat itu teman saya sedang sedih, saya
tidak bertanya dan tidak tahu banyak, hanya saja saya melihat dia habis
menangis setelah bercerita pada atasannya. Saya hanya mendekati, lalu
memberikan buku SOUL Reflection yang kebetulan masih punya stok lebih
waktu itu. Sedangkan Dewi adalah anak teman saya tersebut, tapi seingat
saya Dewi masih kecil banget.
Lalu teman saya
melanjutkan ceritanya, "Anak seusia Dewi bisa bilang, "Ma... buku ini
bagus
banget." Makasih Mbak Rina, " "Dewi, anakku masih kelas 2 (dua)
SD" "Hehe, keren kan mbak, buku itu selalu dibaca, nanti dirapikan lagi.
Dan aku lihat banyak perubahan si Dewi mbak," "Gak bisa berkata-kata,
terimakasih mbak Rina."
Saya tertegun membaca chat
teman saya, jujur, saya bahkan sudah lupa kalau saya pernah berbagi buku
padanya, jadi saya juga tidak pernah menanyakan bagaimana keadaan teman
saya, apalagi menanyakan apakah bukunya masih dia baca. Namun, sekali
lagi buku ajaib itu menunjukkan keajaibannya pada kita, buku yang
lumayan tebal, mungkin orang dewasapun kalau melihat bukunya merasa, duh
kok tebal.. sudah takut duluan untuk membaca. Di tengah gempuran budaya
gadget yang merajalela, dimana anak-anak lebih akrab memegang handphone
canggih atau tablet daripada sebuah buku. Namun Buku SOUL Reflection
mampu mempesona seorang anak kelas 2 SD. Dalam hati saya berkata, ah,
ya, memang buku ini adalah buku yang bisa dipahami siapapun dan memiliki
daya ubah yang tinggi bagi yang membacanya, tak peduli itu orang tua
maupun anak-anak.
Justru kepolosan anak-anak yang masih lugu akan
mampu mencerna dengan apa adanya pengetahuan dalam Buku SOUL Reflection
tersebut.
Penasaran, sayapun bertanya pada teman saya,
" Trus, yang berubah dari Dewi setelah membaca buku SOUL Reflection
dalam hal apa ?" Teman saya menjawab, " Dia lebih mengalah sama adiknya,
lebih sayang sama adiknya dan tidak iri sama adiknya. Dia lebih
menepati janji terutama pada teman-temannya." "Kamu ibu yang
beruntung." Kata saya kepada teman saya.
Cerita
teman saya memberikan sebuah pelajaran, bahwa ternyata sebuah Buku SOUL
Reflection yang awalnya saya kira hanya bacaan bagi orang dewasa,
ternyata juga bisa dipahami oleh anak-anak bahkan yang baru berumur 8
tahun seperti Dewi.
Dan kita tak perlu menyuruh-nyuruh anak kita membacanya, cukup sediakan paling tidak satu buku itu di rumah kita masing-masing sebagai buku bacaan bersama keluarga.
Terimakasih
Dewi kecil sudah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi saya,
sehat, cerdas ceria dan selalu beruntung serta berhasil ya nak, tercapai
cita-citamu.
Terimakasih Mbak Lilik, mama Dewi yang sudah berbagi cerita pada saya.
Terimakasih Bunda Arsaningsih, sudah menuliskan Buku SOUL Reflection yang menginspirasi segala usia
Yogyakarta, Jan 7 2017
With LOVE